Selamat Datang Di Blog Syawaluddin Nainggolan
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Syawaluddin Nainggolan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

MAKALAH PENGARUH INSENTIF DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi oleh manajemen semakin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini. Pada masa kini persoalan manajemen tidakhanya terdapat pada bahan mentah atau bahan baku akan tetapi juga menyangkut prilaku karyawan atau sumber daya manusia. Seperti sumber daya lainnya, sumber daya manusia merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output). Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan yang apabila dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan yang tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya manusia yang belum mempunyai keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan apabila dilatih, diberikan pengalaman dan diberikan motivasi untuk berkembang maka akan menjadi asset yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Pengelolaan sumber daya manusia inilah yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah mengembangkan pegawai dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran individu maupun organisasi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen sumber daya manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang semuanya saling berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam konteksorganisasi meliputi : perencanaan sumber daya manusia, penerapan disiplin kerja, kompensasi dan tunjangan kesehatan, keselamatan dan keamanan, hubungan karyawan dan buruh.
Disiplin merupakan fungsi operatif dari manajemen sumber daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya (Payaman, 2011:13). Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal. Pada umumnya apabila orang memikirkan tentang disiplin, yang terbayang adalah berupa hukuman berat, padahal hukuman hanya sebagian dari seluruh persoalan disiplin. Dengan disiplin kerja yang baik diharapkan akan terwujud lingkungan yang tertib, berdaya guna dan berhasil guna melalui seperangkat peraturan yang  jelas dan tepat. Umumnya disiplin ini dapat dilihat dari indikator seperti: karyawan datang ke tempat kerja tepat waktu; berpakaian rapih, sopan, memperhatikan etika cara berpakaian sebagaimana mestinya seorang pegawai; karyawan mempergunakan alat-alat dan perlengkapan sesuaiketentuan, mereka bekerja penuh semangat dan bekerja sesuai dengan aturan yang ditetapkan perusahaan. Kebiasaan-kebiasaan di atas akan terwujud kalau para karyawannya mempunyai disiplin yang baik. Penan aman disiplin ini tentunya perlu diterapkan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya untuk menciptakan kinerja atau kualitas kerja yang baik.
Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya akan dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus diberlakukan akan menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi beban berat bagi para pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di lingkungan kerja, karena seperti telah disinggung di atas bahwa disiplin tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya pembinaan-pembinaan dalam menegakkan disiplin kerja ini. Selain faktor diatas, secara umum karyawan bekerja karena didorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kinerja karyawan semakin baik. Salah satu bentuk imbalan yang dapat diberikan oleh perusahaan adalahinsentif. Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja, sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya. Sistem ini merupakan bentuk lain dari kompensasi langsung diluar gaji dan upah yang merupakan kompensasi tetap, yang disebut sistem kompensasi berdasarkan kinerja (pay for performance plan)  (Moeheriono, 2012 : 384). Sedangkan menurut Rivai (2009:384) mengemukakan bahwa insentif adalah bentuk pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja, sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan. Pemberian insentif merupakan salah satu hal pokok yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Semangat tidaknya karyawan bisa juga disebabkan oleh besar kecilnya insentif yang diterima. Apabila karyawan tidak mendapatkan insentif yang sesuai dengan besarnya pengorbanan dalam bekerja, maka karyawan tersebut cenderung malas bekerjadan tidak bersemangat yang ada akhirnya mereka bekerja semaunya tanpa ada motivasi yang  tinggi.
Dengan adanya pemberian insentif yang tepat serta penerapan disiplin dalam bekerja diharapkan proses kerja organisasi dapat berjalan sesuai tujuan organisasi atau dengan kata lain kinerja karyawan semakin tinggi dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Fahmi (2011 : 194), mengatakan bahwa kinerja adalah unjuk kerjayang merupakan hasil kerja dihasilkan oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi".
Sedangkan menurut Wibisono (2011 : 87), kinerja adalah Outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode tertentu.
Para ahli diatas semakin menjelaskan kinerja merupakan hasil dan prilaku kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi dalam suatu periode tertentu. Kinerja pegawai yang baik adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatan produktivitas. Oleh karena, itu berbagai cara terbaik untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan memberikan insentif kepada karyawan, penerapan disiplin yang tinggi, gaya kepemimpinan yang baik serta faktor-faktor lainnya.
Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan bahwa betapa pentingnya peningkatan kinerja sumber daya manusia dalam setiap perusahaan. Penelitianyang dilakukan oleh Faldian dkk (2013) dengan judul pengaruh insentif terhadap motivasi dan kinerja karyawan (Studi Empiris: Karyawan PT.Jamsostek Cabang Malang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa insentif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan kinerja karyawan.
Penelitian sejenis dilakukan oleh Mayangsari (2013) dengan judul pengaruh pemberian insentif terhadap kinerja karyawan di departemen penjualan PT. PUSRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insentif berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap kinerja karyawan.
Penelitian lain dilakukan oleh Maharani (2013) dengan judul pengaruh insentif, kedisplinan dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di KSP Karya Niaga Gajah Demak. Hasil penelitian menunjukkan variabel insentif, kedispilinan dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh positif dan kuat terhadap kinerja karyawan.


B.       Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian, maka masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Banyaknya karyawan yang datang tidak tepat waktu.
  2. Banyaknya karyawan yang tidak mendapatkan insentif.
  3. Dengan penerapan disiplin kerja menuntut karyawan agar dapat memaksimalkan kinerjanya.
  4. Kontribusi pemberian insentif terhadap kinerja karyawan memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan perusahaan.

C.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.                              Apakah secara parsial disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
2.                              Apakah secara parsial insentif berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
3.    Apakah secara simultan disiplin kerja dan insentif berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

D.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui secara parsial pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
2.    Untuk mengetahui secara parsial pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan.
3.    Untuk mengetahui secara simultan pengaruh disiplin kerja dan insentif terhadap kinerja karyawan.







BAB II
LANDASAN TEORI

1.    Insentif
a.    Pengertian Insentif
Insentif sebagai salah satu cara untuk memotivasi para pegawaiuntuk bekerja dengan kemampuan yang optimal, yaitu sebaga pendapatan ekstra di luar gaji atau upah yang telah ditentukan. Pemberian insentif dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan para pegawai dan keluarga mereka. Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana pembayaran upahyang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan berbagaistandar kinerja pegawai atau profitabilitas organisasi. Kompensasi dan insentif mempunyai hubungan yang sangaterat, di mana insentif merupakan komponen dari kompensasi dankeduanya sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dan sasaranorganisasi secara keseluruhan.Insentif dapat dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai kepada pegawai yang prestasinya melebihi standaryang telah ditetapkan. Insentif merupakan suatu faktor pendorong bagi pegawai untuk bekerja lebih baik agar kinerja pegawai dapatmeningkat.
Menurut Sarwoto (2010), insentif merupakan suatu sarana motivasi dapat diberi batasan perangsang atau pendorong yang diberikan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi.
Menurut Wirawan, (2008), insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan.
Menurut Gary Dessler (2008), insentif adalah ganjaran finansial yang diberikan kepada karyawan yang tingkat produksinya melampaui standar yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Menurut Moekijat (2010), nsentif yang bentuknyasederhana adalah standard potongan yang menghubungkan pendapatandengan produktifitas dan dapat menggunakan premi, bonus atau bermacam-macam standard untuk memberikan imbalan jasa kepada pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik”.
Menurut Hasibuan, (2013). Mengemukakan bahwa :Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawantertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi.
Menurut Mangkunegara (2009), insentif adalah suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan juga merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi terhadap organisasi (perusahaan).
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapatdisimpulkan, bahwa insentif adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat membangkitkan gairah kerja danmotivasi seorang karyawan, jadi seseorang mau bekerja dengan baikapabila dalam dirinya terdapat motivasi, yang menjadi masalah adalah bagaimana pula menciptakan gairah kerja dan motivasinya, sebab walaupun motivasi sudah terbentuk apabila tidak disertai dengangairah kerjanya maka tetap saja karyawan tersebut tidak akan bisa bekerja sesuai yang diharapkan.
2.    Disiplin Kerja
a.    Pengertian Disiplin Kerja
Moukijat (2010) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.
Nitisemito (2008) mengemukakan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bila mana karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
Singodimejo dalam Sutrisno (2009) mengatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya.
Menurut Hasibuan (2013), bahwa kedisplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yangmenunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orangterhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atauorganisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehinggadiharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien.
3.    Kinerja Karyawan
a.    Pengertian Kinerja Karyawan
Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasilkinerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.
Menurut Hariandja (2008), kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku yang nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi.
Wibowo (2012) memberikan definisi kinerja adalah :”suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien”.
Sedangkan Siagian (2008) menyebutkan bahwa kinerja adalah “merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang secara efektifdan efisien”. Dari kedua definisi tentang kinerja di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa kinerja merupakan gambaran kemampuanseorang pegawai untuk menyesuaikan suatu pekerjaan yangdiembannya secara tepat guna dan berhasil guna. Dengan kata lainkinerja merupakan tingkat kesuksesan yang dicapai oleh seseorangdalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.Para manajer yang ingin mengetahui kinerja pegawainya, iaharus melakukan penilaian kinerja. Dengan melalui penilaian kinerjaini para manajer dapat mengambil suatu keputusan tentang apakah pegawai yang bersangkutan masih layak menduduki jabatannya sekarang atau pegawai tersebut harus diberikan diklat, juga sebagaiumpan balik dan akhirnya para manajer dapat menyusun suatu rencanamemperbaiki pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Siagian (2008), (kinerja adalah perilaku yangditampilkan oleh individu atau kelompok yang.
Pengertian lain tentang kinerja disebutkan oleh Hasibuan (2013) , kinerja yaitu produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atausekelompok orang. Suatu lembaga yang berkembang memiliki pegawai yang produktif dan berkualitas.Untuk dapat melihat produktifitas pegawai, lembaga atau organisasi perlu mengadakanevaluasi atau penilaian terhadap kinerja yang dicapai pegawainnya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulan bahwa kinerjamerupakan out put atau hasil kerja yang dihasilkan baik segi kualitasmaupun kuantitas pekerjaannya dan dapat dipertanggungjawabkansesuai dengan perannya di dalam organisasi atau perusahaan yangdisertai dengan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalammenyelesaikan pekerjaannya.

b.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dikatakan maju tidaknya dapat dilihat dari  kinerja pegawai. Beberapa faktor  yang memengaruhi kinerja, yaitu:
  1. Kemampuan mereka
  2. Motivasi
  3. Dukungan yang diterima
  4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan e. Hubungan mereka dengan organisasi.





BAB III
VARIABEL DAN INDIKATOR

A.  Disiplin Kerja (X1)
Indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi (Hasibuan 2013), adalah:
1.         Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan kepada karyawanharus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.Akan tetapi,  jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Disinilah letak pentingnya axas the right man in the  right  place and the  right man in the right job.
2.         Teladan Kepemimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan. Denganteladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahanpun akan kurang disiplin. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahanpun mempunyai disiplin yang baik pula.
3.         Balas Jasa
Balas jasa atau gaji, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dankecintaan karyawan terhadap perusahaan. Jika kecintaan karyawan semakin tinggi terhadap pekerjaan kedisiplinan akan semakin baik. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik perusahaan harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jaasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa barperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baikkedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
4.         Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik. Manajer yang baik dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua karyawan. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5.         Waskat
Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya
6.         Sanksi Hukum
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.
7.         Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akanmempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk memberikan sanksi sesuai denganyang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8.         Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi baik diantara semua karyawan. Kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
B.       Insentif (X2)
Indikator-indikator yang menjadi pertimbangan atau cara perhitungan dasar penyusunan insentif (Rivai 2009:388), adalah:
1.         Kinerja
Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya insentif dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh pegawai yang bersangkutan. Berarti besarnya insentif tergantung pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu kerja pegawai. Cara ini dapat diterapkan  apabila hasil kerja diukur secara  kuantitatif,  memang  dapat dikatakan bahwa dengan cara ini dapat mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif dalam bekerjanya. Disamping itu juga sangat menguntungkan bagi pegawai yang dapat bekerja cepat dan berkemampuan tinggi. Sebaliknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang bekerja lamban atau pegawai yangsudah berusia agak lanjut.
2.         Lama Bekerja
Besarnya insentif ditentukan atas dasar lamanya pegawaimelaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara perhitungannya dapat menggunakan per jam, per hari, per minggu ataupun per bulan. Umumnya cara yang diterapkan apabila ada kesulitan dalam menerapkan cara pemberian insentif  berdasarkan kinerja. Memang ada kelemahan dan kelebihan dengan cara ini, antara lain sebagai berikut:
a)      Kelemahan
Terlihatnya adanya kelemahan cara ini sebagai berikut :
1)      Mengakibatkan mengendornya semangat kerja pegawai yang sesungguhnya mampu berproduksi lebih dari rata-rata.
2)      Tidak membedakan usia, pengalaman dan kemampuan pegawai.
3)      Membutuhkan pengawasan yang ketat agar pegawai sungguh-sungguh bekerja.
4)      Kurang mengakui adanya kinerja pegawai. 
b)      Kelebihan
Di samping  kelemahan  tersebut di atas, dapat dikemukakan kelebihan-kelebihan cara ini sebagai berikut :
1)      Dapat mencegah hal-hal yang tidak atau kurang diinginkanseperti: pilih kasih, diskiminasi maupun kompetisi yangkurang sehat.
2)      Menjamin kepastian penerimaan insentif secara periodik.
3)      Tidak memandang rendah pegawai yang cukup lanjut usia
3.         Senioritas
Sistem insentif ini didasarkan  pada  masa kerja atau seni oritas pegawai yang bersangkutan dalam suatu organisasi. Dasar pemikirannya adalah pegawai senior, menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi dari pegawai yang bersangkutan pada organisasi di mana mereka bekerja. Semakin senior seorang pegawai semakin tinggi loyalitasnya pada organisasi, dan semakin mantap dan tenangnya dalam organisasi.Kelemahan yang menonjol dari cara ini adalah belum tentu merekayang senior ini memiliki kemampuan yang tinggi atau menonjol,sehingga mungkin sekali pegawai muda (junior) yang menonjol kemampuannya akan dipimpin oleh pegawai senior, tetapi tidak menonjol kemampuannya. Mereka menjadi pimpinan bukan karenakemampuannya tetapi karena masa kerjanya. Dalam situasi demikian dapat timbul di mana para pegawai junior yang energik dan mampu tersebut keluar dari perusahaan/instansi.
4.         Kebutuhan
Cara ini menunjukkan bahwa insentif pada pegawai didasarkan pada tingkat urgensi kebutuhan hidup yang layak dari pegawai. Ini berarti insentif yang diberikan adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan. Hal seperti ini memungkinkan pegawai untuk dapat bertahan dalam perusahaan/instansi.
5.         Keadilan dan Kelayakan
a)      Keadilan
Dalam sistem insentif keadilan bukanlah harus sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan (output), makin tinggi pengorbanan semakin tinggi insentif yang diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanannya yang diperlukan oleh suatu jabatan. Input dari suatu jabatan ditunjukkan oleh spesifikasiyang harus dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut.Oleh karena itu semakin tinggi pula output yang diharapkan.Output ini ditunjukkan oleh insentif yang diterima para pegawaiyang bersangkutan, di mana di dalamnya terkandung rasa keadilan yang sangat diperhatikan sekali oleh setiap pegawai penerima insentif tersebut.
b)      Kelayakan
Disamping masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula diperhatikan masalah kelayakan. Layak pengertiannyamembandingkan besarnya insentif dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Apabila insentif didalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka perusahaan/instansi akan mendapat kendalayakni berupa menurunnya kinerja pegawai yang dapat diketahuidari berbagai bentuk akibat ketidakpuasan pegawai mengenai insentif tersebut.
6.         Evaluasi Jabatan
Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan- jabatan lain dalam suatu organisasi. Ini berarti pula penentuan nilairelatif atau harga dari suatu jabatan guna menyusun rangking dalam penentuan insentif.

C.       Kinerja Karyawan (Y)
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan (Fadel, 2009), adalah:
1.    Pemahaman atas tupoksi
Dalam menjalankan tupoksi, bawahan harus terlebih dahulu pahamtentang tugas pokok dan fungsi masing-masing serta mengerjakantugas sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya
2.    Inovasi
Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan sertamendiskusikanya pada rekan kerja tentang pekerjaan
3.    Kecepatan kerja
Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikandengan menggunakan mengikuti metode kerja yang ada.
4.    Keakuratan kerja
Tidak hanya cepat, namun dalam menyelesaikan tugas karyawan juga harus disiplin dalam mengerjakan tugas dengan teliti dalam bekerja dan melakukan pengecekan ulang
5.    Kerjasama
Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja lainya seperti bisa menerima dan menghargai pendapat orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/11361823/Pengaruh_Disiplin_Kerja_dan_Insentif_terhadap_Kinerja_Karyawan
Enter your email address to get update from Syawaluddin Nainggolan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Artikel Bagus - All Rights Reserved | Template Created by Syawaluddin Nainggolan Proudly powered by Syawaluddin