Selamat Datang Di Blog Syawaluddin Nainggolan
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Syawaluddin Nainggolan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

KONSELING LINTAS BUDAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu bagi semua warga Negara termasuk di dalamnya siswa yang notabene adalah generasi penerus bangsa. Pendidikan di Indonesia, yang merupakan negara multikultural kerap menjumpai fenomena dari segi pendidik dengan terdidik adalah berbeda secara budaya, dan perbedaan ini juga tidak jarang menimbulkan beragam permasalahan. Berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling di sekolah pun tidak lepas dari permasalahan budaya, baik itu persamaan maupun perbedaan budaya antara konselor dengan siswa di sekolah. Dari adanya hal tersebut, dari pihak konselor diharuskan menguasai wawasan budaya guna menghadapi siswa-siswi yang berbeda budaya.
Perbedaan dan persamaan budaya merupakan sesuatu hal yang umum terjadi dalam pendidikan, namun hal tersebut perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan adanya konflik antar budaya di sekolah. Konselor perlu menerapkan ethic dan emic dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu titik pandang dalam mempelajari budaya dari luar maupun dari dalam sistem budaya tersebut (Segall, 1990 dalam Dayakisni, 2004:21). Hal tersebut ditujukan agar tidak terjadi adanya enkapsulasi budaya maupun bias budaya dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah.
Konseling lintas budaya atau konseling multicultural adalah hubungan konseling di mana dua atau lebih peserta berbeda berkenaan dengan latar belakang budaya, nilai-nilai dan gaya hidup atau lifestyle (Sue dkk, 1982 dalam Dayakisni, 2004;336). Berdasarkan pendapat Sue dimaknai bahwa esensi dari konseling lintas budaya dalam setting sekolah adalah agar pemberian bantuan yang bersifat psikologis dari konselor yang merupakan bagian dari pendidikan dapat terlaksana tanpa adanya hambatan yang berasal dari perbedaan budaya. Di mana perbedaaan budaya tersebut dapat menyebabkan suatu perbedaan nilai-nilai dan gaya hidup yang akan menghambat proses dari konseling lintas budaya dalam setting sekolah.
B.     Alasan Konselor Perlu Mempelajari Konseling Lintas Budaya
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan konseling kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.
Litvin (1977) menyebutkan beberapa alasan diantaranya sebagai berikut:

1.      Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan.
2.      Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda.
3.      Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya.
4.      Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5.      Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
6.      Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.

C.    Tujuan Mempelajari KLB
Tujuan dari dilaksanakannya observasi Konseling lintas Budaya adalah untuk mengetahui pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam konteks  konseling lintas budaya di SMA PERSIAPAN STABAT dan dapat memberikan masukan mengenai pelaksanaan konseling lintas budaya dalam setting sekolah.




D.    Kerangka Kerja
1.    Strategi
Pengelolaan Program dan Praktik Konseling Diperluas ini dimulai dengan pembahasan (review) tentang esensi dan kerangka kerja konseling khususnya lintas budaya, serta kajian tentang karakteristik dan isu-isu budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah yang dimaksud antara lain meliputi: (a) Minang, (b) Batak, (c) Jawa, (d) India, (e) Tionghoa.

2.    Volume
a.         Dengan mempelajari berbagai perbedaan yang diperkirakan ada pada kelompok-kelompok siswa tertentu, calon konselor menetapkan lokasi penyelenggaraan BKp disekolah.
b.        Calon  konselor melakukan kegiatan identifikasi (pengidentifikasian tersebut dapat menggunakan instrument tertentu) di lokasi tersebut terhadap:
1)  Aspek-aspek budaya yang berbeda.
2)  Permasalahan yang dialami oleh siswa.
3)  Individu dan kelompok yang mengalami permasalahan tertentu.
c.         Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, calon konselor melakukan  jenis pelayanan konseling kepada siswa.
d.        Setiap penyelenggaraan layanan dicatat dengan menggunakan format yang telah ditetapkan.

3.      Pelaporan.
a.       Laporan akhir perkuliahan disusun secara tertulis yang isinya meliputi:
1)        Hasil identifikasi aspek-aspek budaya yang berbeda dari sasaran kegiatan.
2)        Sasaran, jenis layanan, proses, isi dan hasil-hasil layanan, serta aplikasi secara khusus aspek-aspek budaya tertentu (yang berbeda) dari sasaran praktik.

E.     Tempat Dan Waktu
1.      Tempat
Praktik Konseling Lintas Budaya dilaksanakan di SMA PERSIAPAN STABAT,Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. 

2.      Waktu
Waktu penyelenggaraan praktik adalah tanggal 13 Mei 2017
























BAB II
PRA KONSELING LINTAS BUDAYA

A.  Persiapan Konselor
1.   Persiapan Akademik
Persiapan akademik yang dilakukan adalah mengkaji ulang pemahaman konsep dasar dan menyegarkan serta meningkatkan pemahaman tentang konseling keluarga dengan bebagai spektrum problematikanya dan kerangka kerja konseling lintas budaya. Materi yang dikaji  adalah sebagai berikut:
a)      Konsep dasar konseling lintas budaya
b)      Keterampilan dan sikap mahasiswa lintas budaya
c)      Persyaratan mahasiswa lintas budaya
d)     Kerangka kerja konseling lintas budaya, yang meliputi : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Evaluasi, (4) Analisis Hasil Evaluasi, (5) Tindak Lanjut, dan (6) Laporan

2.  Persiapan Administratif
a)         Mengurus perizinan dan survei tempat praktik konseling lintas budaya, yaitu di SMA Periapan Stabat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
b)         Mempersiapkan berbagai format kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan konseling lintas budaya.
c)         Menyiapkan materi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran layanan BKp.

3.  Persiapan Fisik dan Psikis
a)         Mengelola dan  mengatur kondisi dan energi fisik-psikis agar dapat mengelola konseling lintas budaya dengan prima dan optimal
b)         Menjaga dan mentaati komitmen dan kode etik profesi konseling



B.  Usaha Mendapatkan Sasaran (Target Group)
Usaha untuk mendapatkan klien yang akan diberikan pelayanan melalui konseling lintas budaya  dilakukan melalui beberapa cara.
1.      Pemberian layanan Bimbingan Kelompok Kepada Siswa.
2.      Bekerjasama dengan perangkat pihak sekolah dan difasilitasi oleh pihak sekolah.
3.      Untuk kegiatan di sekolah, dilaksanakan Pembelajaran Karakter Cerdas format kelompok (PKC-KO) dengan topik “Budaya nyontek. Palayanan diberikan kepada kelas XI IPA SMA Persiapan Stabat.






















BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL KONSELING LINTAS BUDAYA


A.          Konseling Lintas Budaya
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling Psychologi).
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut. Dalam pengertian konseling terdapat empat elemen pokok yaitu:
a)       Adanya hubungan,
b)        Adanya dua individu atau lebih,
c)        Adanya proses,
Konseling lintas budaya mempunyai pengertian yaitu suatu hubungan konseling dimana dua peserta atau lebih, berbeda dalam latar belakang budaya, nilai nilai dan gaya hidup. Maka konseling lintas budaya juga akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai perbedaan. Karena Kita mengetahuai bahwa antara konselor dan klien pasti mempunyai perbedaan budaya yang sangat mendasar. Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan lain sebagainya. Perbedaan ini muncul karena antara konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda.
Maka konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika antarakonselor dan klien mempunyai perbedaan budaya. Dalam konseling lintas budaya pasti klien dan konselor mempunyai perbedaan budaya yang sangat mendasar Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai nilai, keyakinan, perilaku dan lain sebagainya. Perbedaan ini muncul karena antara konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda dan dalam praktik sehari-hari,pasti konselor akan berhadapan dengan klien yang berbeda latar belakang sosial budayanya. Secara otomatis pasti dalam penanganan konseling juga tidak akan mungkin disamakan (Prayitno, 1994).

B.           Unsur Pokok  dan Prinsip dalam Konseling Lintas Budaya
Konselor perlu menyadari akan nilai-nilai yang berlaku secara umum. Kesadaran akan nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya akan membuat konselor mempunyai pandangan yang sama tentang sesuatu hal. Persamaan pandangan atau persepsi ini merupakan langkah awal bagi konselor untuk melaksanakan konseling.
Sebagai rangkuman dari apa yang telah dijelaskan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan konseling lintas budaya. Menurut Pedersen (1980) dinyatakan bahwa konseling lintas budaya memiliki tiga unsur yaitu:
1.       konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) klien;
2.       konselor danklien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan konseling dalamlatar belakang budaya (tempat) konselor; dan
3.       konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukankonseling di tempat yang berbeda pula.

C.       Keterampilan dan Sikap Konselor Lintas Budaya
1.       Keterampilan dan Pengetahuan Konselor
Khusus dalam menghadapi klien yang berbeda budaya, konselor harus memahami masalah sistem nilai. M. Holaday, M.M. Leach dan Davidson (1994) mengemukakan bahwa konselor profesional hendaknya selalu meingkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan konseling lintas budaya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Pengetahuan dan informasi yang spesifik tentang kelompok yang dihadapi.
b.      Pemahaman mengenai cara kerja sistem sosio-politik di negara tempat kelompok berada, berkaitan dengan perlakukan terhadap kelompok tersebut.
c.       Pengetahuan dan pemahaman yang jelas dan eksplisit tentang karakteristik umum konseling dan terapi.
d.      Memiliki keterampilan verbal maupun non-verbal.
e.       Mampu menyampaikan pesan secara verbal maupun non-verbal.
f.       Memiliki keterampilan dalam memberikan intervensi demi kepentingan klien.
g.      Menyadari batas-batas kemampuan dalam memberikan bantuan dan dapat mengantisipasi pengaruhnya pada klien yang berbeda.

2.      Sikap Konselor
Sikap konselor dalam melaksanakan hubungan konseling akan menimbulkan perasaan-perasaan tertentu pada diri klien, dan akan menentukan kualitas dan keefektifan proses konseling. Oleh karena itu, konselor harus menghormati sikap klien, termasuk nilai-nilai agama, kepercayaan, dan sebagainya.
Sementara itu, Rao (1992) mengemukakan bahwa jika klien memiliki sifat atau kepercayaan yang salah atau tidak dapat diterima oleh masyarakat dan konselor akan hal tersebut, maka konselor boleh memodifikasi kepercayaan tersebut secara halus, tetapi apabila kepercayaan klien berkaitan dengan dasar filosofi dari kehidupan atau kebudayaan dari suatu masyarakat atau agama klien, maka konselor harus bersikap netral, yaitu tidak mempengaruhi kepercayaan klien tetapi membantunya untuk memahami nilai-nilai pribadinya dan nilai-nilai kebudayaan tersebut.

3.            Persyaratan Konselor Lintas Budaya
Dalam penyelenggaraan konseling lintas budaya adalah bagaimana konselor dapat memberikan pelayanan konseling yang efektif dengan klien yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Dalam hubungan dengan isu ini, Lorion dan Parron (1985) mengemukakan persyarakat konselor lintas budaya, yaitu :


a.         Konselor harus terlatih secara khusus dalam perspektif multi budaya, baik akademik maupun pengalaman.
b.        Penciptaan situasi konseling harus atas persetujuan bersama antara klien dan konselor, terutama yang berkaitan dengan dengan kemampuan mereka dalam mengembangkan hubungan kerja teurapetik.
c.         Konselor harus fleksibel dalam menerapkan teori terhadap situasi-situasi khusus klien.
d.        Konselor harus terbuka untuk dapat ditantang dan diuji.
e.         Dalam situasi konseling lintas budaya/multi budaya yang lebih penting adalah agar konselor menyadari sistem nilai mereka, potensi, stereotipe, dan prasangka-prasangkanya.
f.         Konselor menyadari reaksi-reaksi mereka terhadap perilaku-perilaku umum.



















BAB IV
PROSES DAN HASIL KEGIATAN KONSELING LINTAS BUDAYA

A. Deskripsi Hasil Kegiatan
Praktikan beserta lima orang praktikan lainnya melakukan praktik layanan Bimbingan Kelompok di SMA Periapan stabat, yang memiliki beragam suku.

B. Nama Peserta Layanan
No
Nama Siswa
Kelas
Suku
1
Adryan sailendra
XI IPA 2

2
Suhendrik Siregar


3
Muhammad wawan Syahputra


4
Diana Putri


5
Indah Sari Hasibuan


6
Syifa Ayu Lestari


7
Yogi Setiawan


8
Desi Ratna Syahputri


9
Runni Anggraini Barus



2.      Deskripsi Kegiatan Konseling Lintas Budaya Kota Lubuk Linggau
a.      Selasa, 3 Desember 2013
Sekitar pukul 11.00 WIB semua mahasiswa PPK sudah berkumpul sesuai dengan pengumuman yang telah disampaikan oleh ketua panitia KLB untuk melakukan review persiapan dan perlengkapan yang akan di bawa ke Medan. Pukul 12.00 WIB dilaksanakannya upacara pelepasan rombongan KLB mahasiswa angkatan XIII 2013 oleh dosen, ketua jurusan setelah itu pukul 12.30 WIB Mahasiswa PPK berangkat menuju Medan.
b.      Rabu, 4 Desember 2013
Pukul 17.00 WIB rombongan mahasiswa PPK angkatan XIII sampai di penginapan wisma Perjalanan Haji Indonesia (PHI). Semua rombongan istirahat sebentar, pukul 21.00 WIB mahasiswa PPK dari padang bergabung dengan mahasiswa PPK dari Medan dilakukan briefing kegiatan yang akan dilakukan.
c.       Kamis, 5 Desember 2013
Pukul 09.00 WIB penerimaan mahasiswa PPK angkatan XIII oleh Camat kecamatan Sunggal yang diwakili oleh Sekretaris camat, Kepala Desa, dan pemuka masyarakat desa Sei Semayang. Setelah acara penerimaan dilanjutkan dengan perkenalan dengan kepala dusun masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan, kemudian langsung bergerak menuju perkampungan penduduk untuk menemui dan berkomunikasi secara langsung. Kegiatan ke masyarakat (dusun tujuh Pule Rejo) didampingi oleh kepala dusun tujuh desa Pule Rejo, di mana penulis beserta anggota kelompok yang telah ditetapkan (Hasta Purna Putra, Nilawati, Yeni Alfira, Puji Gusri handayani, Bukhari, ….) mendapatkan kesempatan konseling masyarakat di dusun tujuh Pule Rejo. Pertama kali bertemu dengan pemuka agama dan langsung diskusi mengenai kebudayaan yang ada di dusun 7 Pule rejo, setelah itu bertemu dengan ketua Perwiridan menjelaskan kedatangan mahasiswa PPK UNP untuk melakukan kegiatan konseling di masyarakat yaitu memberikan layanan dan sebagainya yang dibutuhkan oleh warga dusun 7 Pule rejo. Ketua perwiridan sangat senang dan menyambut gembira kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan waktu untuk melakukan kegiatan pada besok sore harinya.  Kemudian malamnya melakukan briefing hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

d.      Jumat, 6 Desember 2013
Kegiatan selanjutnya pada hari ketiga ini adalah counselor road to school at SMK Bayu Pertiwi desa Sei Semayang kecamatan Sunggal. Rombongan mahasiswa PPK di terima oleh pihak sekolah. Mahasiswa PPK yang telah ditetapkan (Rini Hayati, Hasta Purna Putra) masuk ke kelas X Administrasi Perkantoran untuk memberikan layanan kegiatan Pembelajaran Karakter Cerdas format Kelompok (PKC-KO) dengan topik bebas “Pelecehan Seksual”. Selama melaksanakan kegiatan tersebut kesan siswa SMK Bayu Pertiwi kecamatan Sunggal sangat luar biasa, mereka menginginkan agar mahasiswa PPK dapat melakukan kegiatan  PKC-KO setiap tahunnya.
Setelah kegiatan counselor road to school selesai, mahasiswa kembali ke kantor kepala desa dan pukul 14.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan penutupan konseling lintas budaya di desa Sei Semayang kecamatan sunggal kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Kemudian mahasiswa PPK menuju ke lokasi tempat seminar yang akan dilaksanakan pada hari sabtu untuk melakukan gladi resik, setelah itu kembali ke penginapan membahas kegiatan seminar yang akan dilaksanakan, semua acara di susun untuk ditampilkan.

e.         Sabtu, 7 Februari 2012
Hari keempat di Medan kembali melaksanakan kegiatan yang telah di jadwalkan yaitu Seminar Nasional yang dilaksanakan di Kampus UNIMED. Kegiatan Seminar Nasional dimulai pada pukul 09.00 WIB semua mahasiswa beserta dosen pembimbing sudah tiba di lokasi sebelum jam yang telah ditentukan. Seminar Nasional dilaksanakan dengan tema “palayanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013”. Pemateri dalam seminar ini adalah Prof. Dr. Prayitno, M. Sc, Ed, Prof. Dr. Mudjiran, M. Si, Kons dan Prof. Dr. Milfa Yetty, M.Pd, kons. Kemudian semua mahasiswa PPK kembali ke penginapan untuk istirahat serta persiapan pulang ke Padang. .

3.      Adapun kegiatan dan pelayanan yang dilaksanakan dapat dirangkum dalam isi kegiatan sebagai berikut:
Waktu dan Tempat Kegiatan
No
Hari/ Tgl/ Jam
Kegiatan
Lokasi
1
Selasa, 3 Desember 2013
09.00 - 12.00

Persiapan keberangkatan

UNP
12.00 - 12.30
Upacara pelepasan civitas kampus UNP
UNP
12.30
Berangkat menuju Medan
Bus
2
Rabu, 4 Desember 2013
17.00

Tiba di Medan - Istirahat

Penginapan
17.00 – 21.00
Mandi, sholat Subuh
Penginapan
21-00 – 23.30
Pertemuan dengan PPK Medan briefing persiapan kegiatan KLB
Wisma USU
23.30 – 06.00
Istirahat
Penginapan
06.00 – 07.30
Menuju kecamatan Sunggal
Bus
07.30 – 10.00



Penerimaan rombongan PPK oleh Camat, kepala desa, dll
Penyampaian informasi
kegiatan PPK di kecamatan Sunggal

Gedung Bandiklat


10.00 – 17.00
Menumui masyarakat langsunr ke rumah penduduk di dusun-dusun yang telah ditentukan.
Gedung Bandiklat
12.00 – 13.30
Isoma

13.30 – 15.30




Penerimaan rombongan PPK oleh Camat, Lurah, dan atau RW & RT; Penyampaian informasi
kegiatan PPK di Kota Lubuklinggau
Pelataran Kecamatan
LubukLinggau Selatan II
15.30 – 16.00
Isonack

16.00 - 17.30


Penjajakan masyarakat di Lubuk Linggau, (Kelurahan)

Kec. Lubuk Linggau Selatan II
17.30 - 18.00
Kembali ke penginapan
Bus
18.00 – 20.00
Isoma
Penginapan
20. 00 – 21. 30

Briefing, evaluasi, dan persiapan kegiatan
Penginapan
21.30 – 05.00
Istirahat
Penginapan
3
Kamis, 02 Feb 12
05.00 – 06.30

Mandi, Sholat subuh

Penginapan
06.30 – 07.00
Breakfast
Penginapan
07.00 07.45
Berangkat menuju Madrasah
Bus
07.45 - 12.00
Konselor Road to School
MA At-Taqwa Tugumulyo
12.0012.10
Kembali ke penginapan &
Penginapan
12.10 – 13.30
Isoma
Penginapan
13.30 – 14.10
Berangkat ke masyarakat
Bus
14.10 - 17.30
Konseling di Masyarakat
Kec. LubukLinggau Selatan II
17.30 – 18.15
Kembali ke penginapan
Bus
18.15 – 21.00
Isoma
penginapan
21.00 – 05.00
Briefing, evaluasi dan persiapan esok & Istirahat
Penginapan

4
Jum’at, 03 Feb 12
05.00 – 06.30

Mandi, Sholat subuh

Penginapan
06.30 – 07.00
Breakfast
Penginapan
07.00 – 07.15
Berangkat ke Sekolah
On the way
07.15 11.30

Konselor Road to Scholl
SMA N 1 Lubuklinggau
11.30 – 13.00
Isoma
Penginapan
13.00 – 14.30
Kunjungan, Briefing & persiapan Seminar
kampus STAI Al Azhaar
14.30 – 19.00
Isoma
Penginapan
19.00 – 05.00
Briefing, evaluasi dan persiapan seminar & Istirahat
Penginapan

5
Sabtu , 04 Feb 12
05.00 – 06.30

Mandi, sholat Subuh

Penginapan
06.00 – 07.30
Breakfast
Penginapan
07.30 – 08.00
Briefing persiapan seminar
Penginapan
08.00 – 08.30
Berangkat menuju lokasi
Bus
08.30 - 12.30
Seminar Karakter-Cerdas
Kampus STAIAL
12.30 – 13.30
Isoma
sda
13.30 - 15.30
Lokakarya
sda
15.30 – 16.00
Sholat
sda
16.00 – 16.30
Penutupan
sda
16.30 – 17.00
 Isoma & Berkemas-kemas pulang
Penginapan
17.00 -
Pulang ke Padang.
Bus

3.      Bentuk Kegiatan
NO
KEGIATAN
BENTUK
1.
Layanan Informasi
Format klasikal, dengan teknik ceramah dan Tanya jawab.
2.
Konseling Perorangan
Format Individual, pada saat Konseling Perorangan
3.
Identifikasi Budaya
Individual dan kelompok
4.
PKC-KO
Kelompok



























BAB V
PENUTUP


A.    Simpulan
Pelayanan Konseling merupakan pelayanan yang profesional. Ini didasarkan pada pelaksanaan berbagai layanan dan kegiatan pendukung dalam konseling berdasarkan pada kajian teori yang bersifat toritis maupun aplikatif. Sebagai seorang yang profesional, Konselor di tuntut dapat memberikan pelayanan kepada klien secara tepat. Banyak hal yang mempengaruhi diri klien, salah satunya adalah budaya.
Faktor budaya sangat mempengaruhi proses dan isi konseling, budaya bisa menjadi latar belakang permasalahan klien, latar belakang budaya klien yang berbeda dan latar belakang budaya konselor akan menuntut konselor untuk dapat menyesuaikan praktek konseling yang nantinya akan kita laksanakan. Sebagai seorang konselor tidak selayaknya jika terkungkung dalam budayanya sendiri karena jika demikian konselor akan memberikan pelayanan konseling berdasarkan kaca mata budayanya tanpa mempertimbangkan latar  belakang budaya klien.
Pelayanan Konseling yang di lakukan di kelurahan Siring Agung Kec Lubuk Linggau Selatan II, memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, dan ini membuktikan dari evaluasi proses kegiatan baik dalam bentuk kelompok maupun individual. Hal ini menuntut para praktisi konseling untuk lebih mensosialisasikan profesi konseling secara lebih luas dan memiliki WPKNS yang bagus.

B.     Kesan-kesan
Bagi pribadi Konselor ketika memberikan pelayanan konseling kepada masyarakat di kecamatan Sunggal Desa Sei Semayang khususnya dusu 7 Pule rejo, konselor merasakan nuansa yang hangat, karena budaya baik dari segi bahasa, maupun dialeknya masih  sama dengan budaya di kampung konselor, sehingga tidak merasa canggung atau asing dalam  berkomunikasi dengan warga setempat.

C.  Saran
1)          Sebelum peserta program PPK terjun ke lapangan memberikan pelayaan nyata kepada masyarakat, seyogyanya pemahaman dan pengkajian konsep dan kerangka kerja konseling lintas budaya dipersiapkan secara lebih matang, mendasar, dan komprehensif. Kajiannya tidak hanya difokuskan pada jenis-jenis budaya pada suku atau etnis tertentu, tetapi konsep dasar dan kerangka kerja konseling lintas budaya perlu disamakan dan dimantapkan persepsinya
2)          Ke depan diharapkan koordinasi antar peserta, panitia, jurusan dan pemerintah setempat (tempat pelaksanaan) lebih ditingkatkan.
3)          Perencanaan kegiatan lebih dimatangkan termasuk antisipasi terhadap hal-hal yang bersifat insidental, Seperti survey kondisi jalur transportasi, sehingga kegiatan tidak tertunda karena kendala jalan yang macet atau tidak mulus.
4)          Setelah konsep dasar dan kerangka kerja konseling lintas budaya dikuasai dan dipahami secara utuh, perlu dilakukan simulasi terbimbing di kelas. untuk mempersiapkan keterampilan konseling lintas budaya yang lebih matang.
5)          Diskusi secara klasikal dengan senior-senior yang sudah pengalaman mengenai hal-hal yang musti diperhatikan dalam persiapan KLB.
6)          Jadwal keberangkatan dan kegiatan juga harus dicocokan dengan kalender akademik kampus, sehingga tidak ada yang saling tumpang tindih anatra kegiatan atau jadwal pendaftaran wisudah dan persiapan ADM di kampus.



DAFTAR KEPUSTAKAAN


Aderson J. Donna dan Ann Craston-Gingras. 1991. “Sensitizing Counselors and Educators to Multicultural Issues : An Interactive Approach”. Journal of Counseling and Development. 1991. V. 70

Bernard, Hatorld W. & Fullmer, D.W. 1987. Principle of Guidance. Secon Edition. New York : Harper and Row Publisher.

Brammer, Lawrence M. & Shostrom, E.L. 1982. Thepetic Psychology : Foundamentals of Counseling and Psychoterapy. New Jersey : Prentice-Hall.

Brown Duance J. Srebalus David. 1988. An Introduction to the Counseling Profession. USA : by Allyn & Bacon

Corey, Gerald. 2004. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Monterey, California : Brooks/Cole Publishing Company.

Jumarlin. 2002. Dasar – Dasar Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kneller, G.F. 1978. Educational Anthropology. NewYork: Robert. F. Krieger

May Rollo.2003. The Art of Counseling. New Jersey : Prentice Hall, Inc

Pedersen Paul. Walter J. Lonner and Juris G. Draguns. 1980. Counseling Acroos Culture. USA : by The University Press of Hawaii

Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang : FIP Universitas Negeri Padang

Ritzer, G. :Kramer, K. W. C.:dan Yetman, N.R. 1979. Sociology:Experiencing A Changing Society. Boston: Allyn and Bacon









Enter your email address to get update from Syawaluddin Nainggolan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Artikel Bagus - All Rights Reserved | Template Created by Syawaluddin Nainggolan Proudly powered by Syawaluddin