ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: Ilmu
adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm)
Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni
benar-benar karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kepentingan
dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah
Subhanahu wa Ta’ala (ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya
kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan
mendapatkan bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud,
Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami': 6159)
Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya,
karena bodoh itu sifat tercela lebih-lebih menurut agama. Oleh
karenanya, Nabi Musa ‘alaihis salam berlindung kepada Allah dari
kebodohan, katanya:
"Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh." (Al Baqarah: 67)
Demikian pula Nabi Yusuf ‘alaihis salam berlindung kepada Allah dari
kebodohan. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menasehatkan hal ini kepada
Nabi Nuh ‘alaihis salam:
"… Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan.
Maka tentu saja, niat untuk berilmu dan menghindari kebodohan adalah
niat yang baik.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama Al
Muhanna. Katanya: Apakah amalan yang terbaik? Jawab Imam Ahmad: Menuntut
ilmu. Kukatakan: Buat siapa keutamaan ini? Jawabnya: Bagi yang niatnya
benar. Kukatakan: Bagaimana niat yang benar? Jawabnya: Berniat untuk
bertawadhu’ padanya dan untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya. Dalam riwayat lain: Juga dari
umatnya. (Adab Syar’iyyah 2:38 dan Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin hal. 27)
Termasuk niat yang baik adalah membela syariat. Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu
untuk membela syariat. Karena, membela syariat tidak mungkin dilakukan
kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis seperti senjata,
…dan sesungguhnya bid’ah yang baru akan terus muncul sehingga terkadang
sebuah bid’ah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak terdapat dalam
buku-buku. Sehingga, tidak mungkin membela syariat ini kecuali seorang
penuntut ilmu. (Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin: 28)
Wallahu a’lam.
Menuntut Ilmu adalah Ibadah
Enter your email address to get update from Syawaluddin Nainggolan.
Print
PDF